Rabu, 22 September 2010

Jadilah Buah...

Filosofi dari buah :
Jadilah Jagung jangan jadi jambu monyet :
Jagung membungkus bijinya yang banyak dengan rapi, sedangkan jambu monyet memamerkan bijinya yang hanya satu-satunya artinya jangan suka pamer

Buah Pisang : Berbuah hanya sekali lalu mati --> kesetiaan dalam berumah tangga (menikah cukup satu kali aja)

Buah Durian : Meski kulitnya berduri tetapi dalamnya lembut dan manis

Buah Kedondong : luarnya halus mulus, tapi.. eeemm rasanya asem dan dalemnya ada biji berduri....

Bengkoang : Meski ditanam dalam tanah tetapi umbinya berwarna putih dan manis (Jagalah hati.. jangan kau nodai.. begitu kira2)

Nah kalau yang berhubungan dengan bersikap adil jadilah tandan petai yang selalu membagi sama rata ke bijinya jangan seperti tandan rambutan ada yang kecil dan ada yang besar

Kalau buah cabe maknanya makin tua makin pedas --> seharusnya makin tua makin bijaksana

Sebenarnya masih banyak hal-hal mengenai buah yang dapat kita ambil nilai positifnya,
Demikian semoga bermanfaat.

Sabtu, 18 September 2010

Tiga Tipe manusia

Seorang Bijak melukiskan sifat manusia menjadi tiga :

Pertama : Tipe Bola Bilyar, melambangkan orang yang pasif, tidak mempunyai kemauan untuk maju, jika di dorong baru mau untuk maju, kalau jawane di "Gong disik baru muni", atau ini lah orang yang selalu pasrah"Sudahlah memang begini keadaanya mau di apakan lagi?"
biasanya itu ucapan yang selalu keluar dari mulutnya.

Kedua : Tipe kapal layar, melambangkan orang yang cukup aktif, tetapi tergantung pada angin yang membawanya,
nah tipe ini juga rada unik, "Oke boss, siap Boss, saking aktifnya mungkin disuruh masuk sumur sama boss nyemplung juga kali ya?

Ketiga : Tipe Jam Rolex, Melambangkan orang yang mempunyai visi dalam hidupnya, melangkah dengan pasti, ia tahu dari mana dia ada untuk apa dia hidup dan akan kemana setelah kehidupan ini.








Mudah2an kita termasuk yang ketiga ya? Kita hanya berusaha menjadi yang terbaik dan hasil dari semua yang telah kita lakukan pun tak lepas dari Allah SWT, Berusaha dan Berdoa semoga kita selalu dalam lindungan-NYA...

Anakku Sayang

Anakku, Abi sayang engkau nak.. Engkaulah cahaya baru dalam hidupku... setahun yang lalu saat pertama mendengar tangismu aku sungguh tiada percaya bahwa Allah SWT telah memberikan kepercayaan kepadaku... menitipkan engkau kepada kami untuk menjaga, membimbing dan menyayangmu...
Anakku... semoga engkau menjadi anak yang sholihah, yang mengerti orangtua, dan peduli terhadap sesama
Anakku... betapa kekhawatiranku melihat perkembangan zaman sekarang ini... Kekerasan dan hubungan sex bebas dianggap biasa, semua yang orang tua anggap tabu sekarang sudah dianggap biasa..
Sungguh kami hanya bisa berdoa dan berusaha untuk memberikan engkau pendidikan dan pengertian terbaik yang kami tau,
Anakku.. semoga engkau dapat bersaing di dunia yang semakin gila ini tanpa harus ikut menjadi gila, masih tetap berpegang teguh terhadap ajaran agama

Jumat, 17 September 2010

Mengenal Desa Transmigrasi di Sitiung, Dharmasraya - Sumbar

Sitiung adalah salah satu daerah transmigrasi yang berada di kabupaten Dharmasraya, sebuah daerah yang awalnya adalah hutan belantara di 33 tahun yang lalu.
Sebelum mengenal desa-desa transmigrasi alangkah baiknya kita flash-back dulu sejarah dari pulau jawa.
Waduk Gajah Mungkur terletak 3 KM di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo.Mulai dibangun di akhir tahun 70-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk dengan wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan bisa mengairi sawah seluas 23600 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri juga menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt. Untuk membangun waduk ini pemerintah memindahkan penduduk yang tergusur perairan waduk dengan transmigrasi Bedhol Deso ke Sitiung,
Dari sinilah kisah daerah transmigrasi Sitiung bermula, dengan tekad dan semangat juang tinggi para transmigran memulai merambah dan mengolah tanah-tanah mereka, berbilang hari, berganti minggu, bulan tak terasa sudah 33 tahun mereka bergelut di daerah trans itu, berbagai halangan dan rintangan sudah mereka lewati.
Kini.... desa-desa itu sudah tumbuh dengan pesat, perbauran antara penduduk pribumi dengan penduduk trans sudah terjadi, bahkan bahasa daerah pun sudah menjadi 2 bahasa minang dan jawa.
Sungguh bangga rasanya menjadi salah satu pelaku sejarah pertumbuhan daerah trans...